Karenina Kelana's
Pertemuan pertama kita
terekam jelas di otakku. Aku sering memainkan adegan itu dalam gerak lambat.
Mengingat, mereka, dan merasakan setiap helai gerakanmu. Ingatkah kamu, waktu
itu kita bertemu? Kamu ada di sana. Aku ada di sana. Dalam satu ruang yang
tidak saling mengenal satu sama lain.
Kini, aku hanya ingin
menghentikan waktu, dan mempigurakan senyummu yang selalu mampu membuatku
tenang. Walau dalam badai, meski dalam tangis, dan senja merah yang manis.
Mungkin kita adalah dua
sisi koin yang ditakdirkan berpasangan. Mungkin di saat seperti ini, kita baru
paham seperti apa bentuk rindu yang menelusup pelan. Kala diam. Kala hening.
Kala malam.
Jika rasa ini memang nyata,
maka ajari aku, tetap melaju tapi tak terjebak waktu. Tetap berpusar tanpa
harus terlempar. Tetap mengalir tanpa harus berpikir.
Kamu. Ketika rumus fisika
majal, matematika menemui ajal, kimia tak lagi berguna, dan biologi hanya kata
tanpa arti. Kamu, ketika cinta menjelma menjadi satu definisi. Pasti.
Arsip Blog
- Juni (8)
- Mei (4)
- April (4)
- Januari (3)
- Desember (1)
- November (1)
- Oktober (1)
- Juni (1)
- Mei (1)
- Maret (1)
- Desember (1)
- November (1)
- Oktober (2)
- September (2)
- Maret (1)
- November (3)
- Oktober (1)
- September (1)
- Juli (1)
- April (1)
- Januari (2)
- Desember (1)
- November (1)
- Oktober (1)
- September (1)
- Agustus (2)
- April (2)
- Februari (1)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus